Senin, 26 Desember 2011

All the Way Up to Tangkuban Perahu

Hari Sabtu tgl 24 kemarin, tepatnya seminggu setelah Acara Akhir PMA 2011, kami yang sudah resmi *cielah* menjadi wargi LSS diajak untuk ikut mendaki gunung Tangkuban Perahu oleh senior-senior kami.
Acara itu dinamakan 'Nangkubz' supaya terdengar lebih alay.

Yang ikut acara nangkub itu kurang lebih 60 orang lhoo.. Ga bisa lengkap LSS nya, soalnya udah pada mudik. Yaudah deh, harus maklum jumlahnya cuma segitu.
Sabtu pagi jam 7 kami sudah ngumpul di sekre LSS. Kami berangkat ke Lembang naik angkot charteran dan kami yang memang dipenuhi oleh excitement nggak bisa diam selama perjalanan ke Lembang.

Sebenarnya untuk sampai ke puncak Tangkuban Perahu ada jalan aspalnya kok. Kan gunung tersebut sudah jadi objek wisata alam-nya Bandung. Jadi fasilitas jalan aspal pun menjadi suatu keharusan. Dan kami bisa saja naik ke puncak dengan angkot tersebut. But, where's the fun part then? Jadi tampaknya opsi hiking bareng menjadi sesuatu yang lebih seru.

Jam 10, kami mulai pendakian dengan senang hati dan penuh semangat. Kang Derry memimpin di paling depan barisan kami. FYI saja, dia itu anak geologi 2008 jadi panjat memanjat gunung udah makanan sehari-hari buat dia.

Jalur pendakian awal gunung tersebut masih sebatas rumput pendek dan pepohonan yang cukup banyak ,tetapi masih dalam jarak yg cukup berjauhan. Tantangan medan pertama ini adalah, jalannya yang memang menanjak gak tanggung-tanggung. Damn! Langsung pegel di perjalanan awal-awal. Sumpah ngabisin tenaga banget karena menanjak gak ada habisnya.

Kami istirahat beberapa kali di zona itu. Langsung kelelahan. Kaki rasanya mau putus. Haha.. ketahuan banget lah yang jarang olahraga staminanya langsung drop. Padahal menurut danlap acara nangkubz, ini baru seperempat perjalanan. Bayangkan!

Setelah sekitar 1 jam pendakian, kami sampai di lokasi istirahat yang kami spontan sebut dengan 'Checkpoint banget' (soalnya kami udah istirahat beberapa kali di sepanjang perjalanan dan kami sebut dengan 'checkpoint aja'). Di checkpoint banget ada beberapa warung. Jadi jajan dulu di situ.

setelah beberapa saat istirahat dan mengembalikan tenaga, kami mulai jalan lagi. kali ini jalannya udah nggak semenanjak yang tadi. Termasuk datar. Tapi sudah jalur-jalur pendakian mulai licin oleh lumut dan pepohonan mulai mempersempit ruang gerak kami *cielaah bahasanya*

Tapi yah, di track ini lumayan nggak menguras nafas. Tetep bisa stabil nafasnya. Licinnya jalan membuat saya terpleset beberapa kali dan ranting-ranting di sekitar jalur pendakian beberapa kali nyangkut ke baju saya. Lecet-lecet sudah nggak saya pikirin lagi.

Seakan track tersebut kurang menantang, tiba-tiba hujan turun. Langsung deras gitu, tanpa ada pertanda apa-apa. Kami sontak mengeluarkan ponco dan mengenakannya. Bayangin medan yang udah licin karena tanahnya tanah liat dan berlumut. trus ditambahin hujan. Wuidih, makin kepleset aja aku nih. Gegara track ini, sepatu aku yang putih itu langsung penuh lumpur, kaki langsung basah kena genangan air.

Oiya, ada memorable moment di track ini! Kami kan mendakinya berbaris gitu ya. Nah, trus ada barisan yang di depan aku itu, mereka jalan terlalu cepat. padahal jalur pendakian terkadang bercabang dan terhalang pohon-pohon. Sedangkan di belakang aku juga nggak keliatan, kayaknya ketinggalan jauh. Jadinya Aku, Teh Liska, Irun, Teh Gina, Kang Panjul, sama Kang Upi nggak bisa liat gerombolan di depan maupun di belakang. Gila, grup dengan jumlah terkecil ini namanya!

Kami berenam tiba di dua persimpangan, kiri dan kanan. Mana yang harus dipilih? Kami sempet teriak supaya gerombolan di depan kami menyadari kalau kami kebingungan. Tapi ditengah hujan deras dan hutan begitu, kayaknya mereka nggak dengar. Kami panik. Bingung antara mau nunggu gerombolan belakang atau mencari jalur dulu. Kang Panjul ngajak kami berbelok ke jalur kiri. Kami mengikuti sambil memperlambat jalan supaya nggak kehilangan jejak sama rombongan belakang. Kang Panjul berlari di depan supaya bisa melihat jalur itu.

Nggak lama dia teriak ke arah kami "Eta jalan buntu! Balik ke persimpangan tadi."

Kami akhirnya bertemu dengan rombongan di belakang kami yang jumlahnya banyak sekali. Untung tersesatnya bareng-bareng gini. Akhirnya kami semua memanjat jalur kanan karena itu satu-satunya jalan yang tersisa.

Tak berapa lama, di depan kami muncul Kang Derry dan membimbing jalur kami. Aku dalam hati langsung teriak "Alhamdulillah, sol sepatu ya..." ala Syahrini. Eh, taunya 5 menit setelah adegan nyasar itu, kami langsung keluar hutan menuju jalan aspal.
Ternyata jalur pendakian tertutup telah berakhir. Jalan aspal tersebut ramai dengan wisatawan dan memang merupakan jalur rata untuk sampai ke puncak.

Setelah istirahat dan sholat Zuhur, kami langsung mengikuti jalan aspal itu untuk sampai ke puncak Tangkuban Perahu. Hujan telah berganti dengan rintik-rintik yang datang dan kembali *halah*. Damn, puncak gunung pastinya dingin kan? Hahaha... Saya menyesal tidak memakai jaket tebal. Jadinya masuk angin :P

Di puncak gunung, kami makan siang, bagi-bagi snack satu sama lain, dan foto-foto :D

Nah, ada satu acara lagi yg dilakukan di puncak gunung itu. Dari awal kami memang sudah diingatkan untuk membawa kado maksimal harganya 5 ribu, dibungkus kertas koran. Trus kado tersebut di kumpulkan ke dalam kantong besar, dan kami secara berantai mengambil kado didalamnya untuk dikasih ke orang lain. Dan syaratnya, harus ngasih ke lawan jenis! Huwooow.. super sekali :D

FYI, aku dapet kadonya dari Kang Pebz a.k.a Pebi, dan pas giliran aku ngasih kado, aku ngasih ke kang Choqy. Oiya, karena jumlah cewek-cowok ga seimbang. Jadi aku kebagian ngasih satu kado lagi buat Kang Aga :)

Huwaaw... so sweet banget acara Nangkubz kemaren. Mau ah ntar aku post beberapa fotonya. Ditunggu yaa..

1 komentar:

Fradita Wanda Sari mengatakan...

Oh Choqy dan Aga yaaa *senyum kepo* Haha.

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 Welcome To My Mind. All rights reserved.
Blogger Template by