Kamis, 15 Desember 2011

Demo dan ITB

Haduh, baru satu semester aku disini, baru juga tahun pertama ngerasain bangku kuliah, udah langsung disodorin demo. Gak tanggung-tanggung itu demo tepat di depan kampus ITB. Parah nggak tuh, dari Rabu (14/12) pagi sampai sore massa mahasiswa dari berbagai universitas lain demo gitu.

Kalian bingung kan kalau tetiba kampus kalian yang tenang dan damai tetiba disamperin sama ratusan mahasiswa dari kampus-kampus lain? Aku sempet lihat ada yg pake almamater hijau, ada yang kuning, juga ada yang biru muda. Ckckck... kenapa mahasiswa mendemo mahasiswa coba?
*Aku sempet mikir mereka itu salah tujuan, mau ngedemo kantor pemerintah tapi nyasar ke kampusku. Well... tapi yah, nggak mungkin ada mahasiswa sebego itu lah*

Tau kenapa ITB sampai di demo ratusan umat gitu? Awalnya aku juga nggak begitu ngerti, soalnya nggak berani deket-deket gitu. Tapi ada satu temen aku, si Faisal, yg berdiri di sekitar area demo, tapi masih di jarak aman. Ya aku tanyain lah mengapa hal ini bisa terjadi *cielah*.

Ternyata eh ternyata, mahasiswa-mahasiswa itu ngajakin ITB buat gabung aksi 'solidaritas' mereka. Kasus Sondang itu lho. Jadi, mahasiswa dari seluruh Bandung udah sepakat dengan aksi solidaritas itu, kecuali Institut kami ini.
hmm... kalau mau tau garis besarnya bisa baca di sini yah.

Well.. Every civilian has the right to give their opinions, no? So now, lemme give some.

Saya rasa aksi demo di depan kampus saya itu sangat tidak memiliki urgensi. Siang itu, beberapa jurusan lagi UAS, dan di gerbang depan malah ada demo. Konten demo yang dibawakan nggak jelas. Udah gitu, demo tersebut sempat ada aksi teatrikal dan.... salah satu demonstran ngasih 'kado' buat Presiden KM-ITB, Kak Tizar Bijaksana, berupa celana dalam dan pembalut wanita sambil teriak "ITB cupu!"

well... *sigh*

Untuk digarisbawahi Saya menulis ini bukan karena semata-mata saya mahasiswa ITB atau tidak terima kampus saya dibilang cupu.

Buat aku pribadi, aksi Alm. Sondang bukan hal yang harus dilebih-lebihkan begitu. Aku cukup menyayangkan aksi orang itu. Aku pikir aksi itu nggak manusiawi. Terlepas dari kebanyakan umat memandang itu sebagai sikap epic nan berani sampai harus membakar diri begitu. Biar bagaimanapun, aku bilang sih, tetep itu bukan sikap yang sebaiknya ditunjukkan oleh kaum terpelajar.

Terserah mahasiswa kampus lain nganggep aku nggak solider ke mereka. Tapi pemikiran kritis dan diplomatis-lah yg dibutuhkan pada zaman ini. Ketika seseorang melakukan tindakan menyakiti diri sendiri, buat aku itu inisiatif yg nggak memikirkan jangka panjang dan sebenernya aksi yang nggak perlu.

Tujuan menyampaikan aspirasi demo itu kan bukan hanya untuk didengar, tapi sama-sama mencari solusi terbaik. Nah sekarang, tanya pada diri sendiri, apa bertindak ekstrem menyakiti diri sendiri begitu termasuk hal yang cerdas?

Toh sebagai orang yang bertindak heroik begitu, dia dapet apa sih? Sebanding nggak dengan pengorbanan dia? Bayangin betapa hancur hati orang tua harus kehilangan anak karena aksi anak itu sendiri.

Mahasiswa-mahasiswa kemaren siang berteriak: "ITB harus ikut bersatu dalam membela rekan" blah blah blah.. Yang mereka nggak sadar, Almarhum Sondang mau tak mau menorehkan sejarah kelam dan kasus kelabu di negara kita. Tindakan ini, menambah keruwetan negara yang sejak awal sudah kusut.

Atau think simple deh, dampak positif tindakan ini di masyarakat sendiri gimana? Bayangkan seorang anak SD nonton berita tentang aksi Almarhum yang mengorbankan nyawa sendiri. Ketika hal itu muncul di TV, dan ada anak kecil nonton, haruskah anak kecil itu menganggap tindakan tersebut epic terus dijadikan panutan bagi mereka? Hei.. Kaum terpelajar, pikir panjang lah.

Tanpa mengecilkan arti sebuah nyawa, saya nggak bermaksud menjelek-jelekkan atau tidak bersimpati sama Almarhum.

Berikut ada kutipan dari akun Keluarga Mahasiswa ITB (KM-ITB) @km_itb *FYI, KM-ITB itu BEMnya ITB*
"KM ITB akan menunjukkan sikap terhadap isu lewat gerakan pengabdian masyarakat riil, penyampaian aspirasi DPR, dan demo tertib dengan konten-konten jelas.

Apakah KM ITB mau diingat karena pemberian celana dalam atau karena kontribusi pada masyarakat dan bangsa? Cuma kita yang bisa buktikan."

mengutip lagi dari ex-presiden KM ITB 2009-2010 Kak Ridwansyah Yusuf Ahmad:
"KM ITB tidak mengikuti aksi tersebut bukan karena ITB banci atau apatis. Kita punya sikap, kita berduka untuk kepergian sahabat kita Sondang Hutagalung, tapi kita tidak akan mengisi kepergian beliau dengan aksi aksi dan aksi saja di jalan raya, itu tidak akan mengubah keadaan.

KM ITB juga tidak akan 'aji mumpung' beken dengan ikut secara latah aksi kepergian sahabat Sondang Hutagalung. Kami menghormati beliau, karena itu kami tidak akan 'menunggangi' keperian beliau. Percayalah kami sedang dan selalu berusaha membuat perubahan di negeri ini. Agar Indonesia menjadi negara yang layak dihuni oleh rakyat nya"


Jadi renungkan dan pikirkan, salahkah kami jika kami nggak ikut aksi itu? Cupukah kami?
:)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 Welcome To My Mind. All rights reserved.
Blogger Template by