Kamis, 22 Desember 2011

What 'Mom' Really Means To Me

All of sudden, I spontaneously decided to write this post. I just feel like I need to make a memorable tribute to my mom *ignoring the fact that my mom will never read this post, I guess*
And considering that I've written one like this to my dad on Father's Day, is there any logical reason for me not to write this one?

I called her with Mama. A Javanese lady who married to my dad on 1992 *I forgot the exact date, sorry* and gave birth of three impossible children.

Why do I called me and both of my siblings as impossible children? Because we're not a good girls or good boy at all. Most of our time were spent with fight, arguing, messing up the whole house and being anarchist each other *note that sometimes I make it more dramatic that the real fact*. Hahaha... I guess that's normal in my family. But my mom, that wonderful woman, I don't really know how she could stand living with us together in a place called home. Raising children like us, who gave her nothing but driving her crazy because of us.

Mamaku punya peran penting dalam perjalanan hidup aku sepanjang 17 tahun ini. Dan makin aku gede makin kerasa pengorbanannya.

Meski anak sulung, aku bisa dibilang paling manja dan paling bergantung pada ortu. Nggak kayak adekku yang cewek, dia mah apa-apa maunya ngelakuin sendiri. Kalo prinsipku: selama ada ortu, kenapa harus sendiri?
Kayaknya kalau ntar diminta ngisi biodata, trus ada kolom hobi, bakal aku tulis dengan 'Nyusahin orang tua'.

Arti Mama buat aku yang nggak bisa aku lupain:

1) She definitely is a Wonderwoman. Bayangin, aku SD, SMP, SMA kalo dihitung-hitung berarti 11 tahun diantar jemput sama mama. Kenapa nggak mandiri bawa motor sendiri? Karena sampe sekarang ga diijinin Papa *Jangan harap bisa argue sama papa untuk hal ini*.
Kenapa nggak naik angkot? Aku penakut dan pemalas. Kalau ada Mama yg antar jemput, kenapa harus naik angkot? Begitu pikirku dulu. Mau tak mau Mama harus antar jemput aku kemana-mana.

Kemana-mana dalam kamusku berarti: Ke sekolah, ke mall, ke tempat acara temen, ke rumah temen dimana kami kerja kelompok, ke tempat bimbel, ke kantor camat buat ngurusin berkas kuliah, ke rumah sakit kalo aku sakit.. too much to be mentioned.
Mungkin dimata kalian aku tampak seperti anak yang mengangap ortunya adalah supir. Aku sih terserah persepsi masing-masing. But this journey on the road with my mom is one thing I miss about my mom. Kapan lagi coba aku bisa nyaman dibonceng sama Mama?

2) A true listener. That's why I'd love to share my stories to my mom. Apapun itu, mulai dari sekolah, kuliah, ekskul, unit, temen, musuh, besties, konyol, serius, lucu, dan lainnya. Kebiasaan rumpi dan menganggap Mama udah kayak temen sendiri ini memang agak aneh bagi temenku. Mereka agak kaget kalo lagi nelpon Mama, trus bahasaku sama aja kayak kalo aku ngomong sama temenku. Tapi emang udah gitu dari dulu sih..
Sekarang, sedih sih karena nggak bisa curhat langsung sama mama. Dulu mah sambil ngemil tempe goreng gitu. Sekarang cuma bisa via telpon.

3) She's a time-keeper and my manager. Siapa yang paling susah bangun pagi? Saya! Siapa yang paling males berangkat sekolah? Saya! Siapa yang tiap pagi mesti dibangunin 3 kali? Saya!

Sekarang, siapa yang harus bangun subuh-subuh untuk masak sarapan? Mama! Siapa yang harus ngerebus air panas untuk aku mandi? Mama! Siapa yang mesti sabar bangunin aku sampe 3 kali? Mama! Siapa yang cerewet dan maksa-maksa aku untuk pergi sekolah dan les? Mama! Siapa yang sering ngingetin untuk nggak lupa makan? Mama! Siapa yang lebih inget soal jadwalku daripada aku sendiri? Mama! Siapa yang suka riweuh kalau aku sakit? Mama!

So the answer of all those question make everything clear..

4) Best cook ever. Dari Lidah turun ke hati. Kangen masakan Mama, itulah yang pertama aku pikirin ketika ngerasain repotnya mesti beli makan tiap kali mau makan. Kangen rumah yang kalau mau makan tinggal ambil di meja. She always grant my wish or whatever menu I requested.

bingung mau nulis apa lagi. Bukan karena sudah nggak ada lagi yang bisa ditulis tentang Mama. Tapi kalo udah nginget memori-memori bareng mama, langsung bingung mau masukin yang mana, kebanyakan soalnya #lebay. In the end, you'll come to conclusion that I can do nothing without my Mom's support.

Dia wonderwoman yang rela nganterin ke tempat bimbel siang hari meski dia bisa saja tidur siang dengan nyenyak di rumah.
Dia true-listener yang nggak pernah bocorin apapun yang aku curhatin ke dia dan memang aku nggak berusaha menyembunyikan apapun darinya.
Dia manager yang tiap hari nggak pernah ngeluh mesti aku repotin dari pagi, dari mesti ngerebus air mandi, sampe malam, sampai aku tidur lagi.
Dia selalu nanya aku "Mau dimasakin apa hari ini?" dan selalu masakin sesuai keinginanku. Paling ngertiin keluarga banget lah.

Satu hal lagi yang aku kangenin dari mama, tiap kali aku turun dari motor, entah untuk sekolah atau les, aku selalu cium tangan dia. Kangeeeeeeeen... Entah kenapa sekarang kerasa banget nggak enaknya nggak ada mama, entah kenapa momen cium tangan itu sekarang menjadi sesuatu yang spesial di ingatan, padahal dulu sesuatu itu tidak ada feelnya buatku.

Happy mother's day, Mom. I just want you to know that I will do my best not to let you down.

from your impossible daugter

1 komentar:

Fradita Wanda Sari mengatakan...

Memang kamu nyusahin aja, Wan. Haha. Tapi walau gitu, mamamu pasti bangga pang sama kamu :D

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 Welcome To My Mind. All rights reserved.
Blogger Template by