Senin, 26 Desember 2011

All the Way Up to Tangkuban Perahu

Hari Sabtu tgl 24 kemarin, tepatnya seminggu setelah Acara Akhir PMA 2011, kami yang sudah resmi *cielah* menjadi wargi LSS diajak untuk ikut mendaki gunung Tangkuban Perahu oleh senior-senior kami.
Acara itu dinamakan 'Nangkubz' supaya terdengar lebih alay.

Yang ikut acara nangkub itu kurang lebih 60 orang lhoo.. Ga bisa lengkap LSS nya, soalnya udah pada mudik. Yaudah deh, harus maklum jumlahnya cuma segitu.
Sabtu pagi jam 7 kami sudah ngumpul di sekre LSS. Kami berangkat ke Lembang naik angkot charteran dan kami yang memang dipenuhi oleh excitement nggak bisa diam selama perjalanan ke Lembang.

Sebenarnya untuk sampai ke puncak Tangkuban Perahu ada jalan aspalnya kok. Kan gunung tersebut sudah jadi objek wisata alam-nya Bandung. Jadi fasilitas jalan aspal pun menjadi suatu keharusan. Dan kami bisa saja naik ke puncak dengan angkot tersebut. But, where's the fun part then? Jadi tampaknya opsi hiking bareng menjadi sesuatu yang lebih seru.

Jam 10, kami mulai pendakian dengan senang hati dan penuh semangat. Kang Derry memimpin di paling depan barisan kami. FYI saja, dia itu anak geologi 2008 jadi panjat memanjat gunung udah makanan sehari-hari buat dia.

Jalur pendakian awal gunung tersebut masih sebatas rumput pendek dan pepohonan yang cukup banyak ,tetapi masih dalam jarak yg cukup berjauhan. Tantangan medan pertama ini adalah, jalannya yang memang menanjak gak tanggung-tanggung. Damn! Langsung pegel di perjalanan awal-awal. Sumpah ngabisin tenaga banget karena menanjak gak ada habisnya.

Kami istirahat beberapa kali di zona itu. Langsung kelelahan. Kaki rasanya mau putus. Haha.. ketahuan banget lah yang jarang olahraga staminanya langsung drop. Padahal menurut danlap acara nangkubz, ini baru seperempat perjalanan. Bayangkan!

Setelah sekitar 1 jam pendakian, kami sampai di lokasi istirahat yang kami spontan sebut dengan 'Checkpoint banget' (soalnya kami udah istirahat beberapa kali di sepanjang perjalanan dan kami sebut dengan 'checkpoint aja'). Di checkpoint banget ada beberapa warung. Jadi jajan dulu di situ.

setelah beberapa saat istirahat dan mengembalikan tenaga, kami mulai jalan lagi. kali ini jalannya udah nggak semenanjak yang tadi. Termasuk datar. Tapi sudah jalur-jalur pendakian mulai licin oleh lumut dan pepohonan mulai mempersempit ruang gerak kami *cielaah bahasanya*

Tapi yah, di track ini lumayan nggak menguras nafas. Tetep bisa stabil nafasnya. Licinnya jalan membuat saya terpleset beberapa kali dan ranting-ranting di sekitar jalur pendakian beberapa kali nyangkut ke baju saya. Lecet-lecet sudah nggak saya pikirin lagi.

Seakan track tersebut kurang menantang, tiba-tiba hujan turun. Langsung deras gitu, tanpa ada pertanda apa-apa. Kami sontak mengeluarkan ponco dan mengenakannya. Bayangin medan yang udah licin karena tanahnya tanah liat dan berlumut. trus ditambahin hujan. Wuidih, makin kepleset aja aku nih. Gegara track ini, sepatu aku yang putih itu langsung penuh lumpur, kaki langsung basah kena genangan air.

Oiya, ada memorable moment di track ini! Kami kan mendakinya berbaris gitu ya. Nah, trus ada barisan yang di depan aku itu, mereka jalan terlalu cepat. padahal jalur pendakian terkadang bercabang dan terhalang pohon-pohon. Sedangkan di belakang aku juga nggak keliatan, kayaknya ketinggalan jauh. Jadinya Aku, Teh Liska, Irun, Teh Gina, Kang Panjul, sama Kang Upi nggak bisa liat gerombolan di depan maupun di belakang. Gila, grup dengan jumlah terkecil ini namanya!

Kami berenam tiba di dua persimpangan, kiri dan kanan. Mana yang harus dipilih? Kami sempet teriak supaya gerombolan di depan kami menyadari kalau kami kebingungan. Tapi ditengah hujan deras dan hutan begitu, kayaknya mereka nggak dengar. Kami panik. Bingung antara mau nunggu gerombolan belakang atau mencari jalur dulu. Kang Panjul ngajak kami berbelok ke jalur kiri. Kami mengikuti sambil memperlambat jalan supaya nggak kehilangan jejak sama rombongan belakang. Kang Panjul berlari di depan supaya bisa melihat jalur itu.

Nggak lama dia teriak ke arah kami "Eta jalan buntu! Balik ke persimpangan tadi."

Kami akhirnya bertemu dengan rombongan di belakang kami yang jumlahnya banyak sekali. Untung tersesatnya bareng-bareng gini. Akhirnya kami semua memanjat jalur kanan karena itu satu-satunya jalan yang tersisa.

Tak berapa lama, di depan kami muncul Kang Derry dan membimbing jalur kami. Aku dalam hati langsung teriak "Alhamdulillah, sol sepatu ya..." ala Syahrini. Eh, taunya 5 menit setelah adegan nyasar itu, kami langsung keluar hutan menuju jalan aspal.
Ternyata jalur pendakian tertutup telah berakhir. Jalan aspal tersebut ramai dengan wisatawan dan memang merupakan jalur rata untuk sampai ke puncak.

Setelah istirahat dan sholat Zuhur, kami langsung mengikuti jalan aspal itu untuk sampai ke puncak Tangkuban Perahu. Hujan telah berganti dengan rintik-rintik yang datang dan kembali *halah*. Damn, puncak gunung pastinya dingin kan? Hahaha... Saya menyesal tidak memakai jaket tebal. Jadinya masuk angin :P

Di puncak gunung, kami makan siang, bagi-bagi snack satu sama lain, dan foto-foto :D

Nah, ada satu acara lagi yg dilakukan di puncak gunung itu. Dari awal kami memang sudah diingatkan untuk membawa kado maksimal harganya 5 ribu, dibungkus kertas koran. Trus kado tersebut di kumpulkan ke dalam kantong besar, dan kami secara berantai mengambil kado didalamnya untuk dikasih ke orang lain. Dan syaratnya, harus ngasih ke lawan jenis! Huwooow.. super sekali :D

FYI, aku dapet kadonya dari Kang Pebz a.k.a Pebi, dan pas giliran aku ngasih kado, aku ngasih ke kang Choqy. Oiya, karena jumlah cewek-cowok ga seimbang. Jadi aku kebagian ngasih satu kado lagi buat Kang Aga :)

Huwaaw... so sweet banget acara Nangkubz kemaren. Mau ah ntar aku post beberapa fotonya. Ditunggu yaa..

Minggu, 25 Desember 2011

A Small Note

Hulloooow... Here I am again, always writing and telling stories and share experience to you all my reader :)
Mind me if I seldom write, because sometimes I just couldn't find the perfect time - or free time - to write.

So you guys might be thinking something like: "Puhlease... Ini si Wanda postingannya belakangan ini tentang itebeeeee melulu. Mentang-mentang sekarang udah jadi mahasiswa ya! Bosen saya, kayak gak ada kejadian lain aja."

Hehehe... Maaf kawan. Apa daya, sekarang hidup saya ada di Bandung, lebih detilnya: di kampus ITB dan kos-kosan. From 7 to 6, usually from Monday til we meet Monday again.

But I have my own reason why I kept telling you stories from my academic life and little stores from other point. Buat aku, kerasa banget lah bedanya jaman SMA sama kuliah.

Pas SMA, aku cupu dan terkurung di kelas yang emang posisinya udah menyendiri dari kelas-kelas lain. Abis beres jam sekolah, paling les atau bimbel. Paling males sama yang namanya ada kegiatan tambahan di sekolah *kecuali SEF* dan sebisa mungkin gak terlibat dalam acara-acara sekolah alias tinggal jadi penonton terima beres aja.

That's me and my high school story. But I tried to be someone different here, try something new. Berorganisasi. And as you might guess, lots of things happen. Dan kebanyakan hal-hal di keorganisasian itu baru pertama kali aku rasakan seumur hidup. Apalagi sekarang merambah ke seni budaya. Wuidiiih.. IT's just beyond my wildest expectation :D

Jadi jangan dongkol kalau postingan aku suka mengebu-gebu ngomongin kampus, kuliah, unit, ataupun kepanitiaan acara kampus.

But really, if something cool or memorable happen no matter it's my academic or non-academic life, I'd love to share to you all :D

Keep up your reading spirit (especially on my blog guys!)

Kamis, 22 Desember 2011

What 'Mom' Really Means To Me

All of sudden, I spontaneously decided to write this post. I just feel like I need to make a memorable tribute to my mom *ignoring the fact that my mom will never read this post, I guess*
And considering that I've written one like this to my dad on Father's Day, is there any logical reason for me not to write this one?

I called her with Mama. A Javanese lady who married to my dad on 1992 *I forgot the exact date, sorry* and gave birth of three impossible children.

Why do I called me and both of my siblings as impossible children? Because we're not a good girls or good boy at all. Most of our time were spent with fight, arguing, messing up the whole house and being anarchist each other *note that sometimes I make it more dramatic that the real fact*. Hahaha... I guess that's normal in my family. But my mom, that wonderful woman, I don't really know how she could stand living with us together in a place called home. Raising children like us, who gave her nothing but driving her crazy because of us.

Mamaku punya peran penting dalam perjalanan hidup aku sepanjang 17 tahun ini. Dan makin aku gede makin kerasa pengorbanannya.

Meski anak sulung, aku bisa dibilang paling manja dan paling bergantung pada ortu. Nggak kayak adekku yang cewek, dia mah apa-apa maunya ngelakuin sendiri. Kalo prinsipku: selama ada ortu, kenapa harus sendiri?
Kayaknya kalau ntar diminta ngisi biodata, trus ada kolom hobi, bakal aku tulis dengan 'Nyusahin orang tua'.

Arti Mama buat aku yang nggak bisa aku lupain:

1) She definitely is a Wonderwoman. Bayangin, aku SD, SMP, SMA kalo dihitung-hitung berarti 11 tahun diantar jemput sama mama. Kenapa nggak mandiri bawa motor sendiri? Karena sampe sekarang ga diijinin Papa *Jangan harap bisa argue sama papa untuk hal ini*.
Kenapa nggak naik angkot? Aku penakut dan pemalas. Kalau ada Mama yg antar jemput, kenapa harus naik angkot? Begitu pikirku dulu. Mau tak mau Mama harus antar jemput aku kemana-mana.

Kemana-mana dalam kamusku berarti: Ke sekolah, ke mall, ke tempat acara temen, ke rumah temen dimana kami kerja kelompok, ke tempat bimbel, ke kantor camat buat ngurusin berkas kuliah, ke rumah sakit kalo aku sakit.. too much to be mentioned.
Mungkin dimata kalian aku tampak seperti anak yang mengangap ortunya adalah supir. Aku sih terserah persepsi masing-masing. But this journey on the road with my mom is one thing I miss about my mom. Kapan lagi coba aku bisa nyaman dibonceng sama Mama?

2) A true listener. That's why I'd love to share my stories to my mom. Apapun itu, mulai dari sekolah, kuliah, ekskul, unit, temen, musuh, besties, konyol, serius, lucu, dan lainnya. Kebiasaan rumpi dan menganggap Mama udah kayak temen sendiri ini memang agak aneh bagi temenku. Mereka agak kaget kalo lagi nelpon Mama, trus bahasaku sama aja kayak kalo aku ngomong sama temenku. Tapi emang udah gitu dari dulu sih..
Sekarang, sedih sih karena nggak bisa curhat langsung sama mama. Dulu mah sambil ngemil tempe goreng gitu. Sekarang cuma bisa via telpon.

3) She's a time-keeper and my manager. Siapa yang paling susah bangun pagi? Saya! Siapa yang paling males berangkat sekolah? Saya! Siapa yang tiap pagi mesti dibangunin 3 kali? Saya!

Sekarang, siapa yang harus bangun subuh-subuh untuk masak sarapan? Mama! Siapa yang harus ngerebus air panas untuk aku mandi? Mama! Siapa yang mesti sabar bangunin aku sampe 3 kali? Mama! Siapa yang cerewet dan maksa-maksa aku untuk pergi sekolah dan les? Mama! Siapa yang sering ngingetin untuk nggak lupa makan? Mama! Siapa yang lebih inget soal jadwalku daripada aku sendiri? Mama! Siapa yang suka riweuh kalau aku sakit? Mama!

So the answer of all those question make everything clear..

4) Best cook ever. Dari Lidah turun ke hati. Kangen masakan Mama, itulah yang pertama aku pikirin ketika ngerasain repotnya mesti beli makan tiap kali mau makan. Kangen rumah yang kalau mau makan tinggal ambil di meja. She always grant my wish or whatever menu I requested.

bingung mau nulis apa lagi. Bukan karena sudah nggak ada lagi yang bisa ditulis tentang Mama. Tapi kalo udah nginget memori-memori bareng mama, langsung bingung mau masukin yang mana, kebanyakan soalnya #lebay. In the end, you'll come to conclusion that I can do nothing without my Mom's support.

Dia wonderwoman yang rela nganterin ke tempat bimbel siang hari meski dia bisa saja tidur siang dengan nyenyak di rumah.
Dia true-listener yang nggak pernah bocorin apapun yang aku curhatin ke dia dan memang aku nggak berusaha menyembunyikan apapun darinya.
Dia manager yang tiap hari nggak pernah ngeluh mesti aku repotin dari pagi, dari mesti ngerebus air mandi, sampe malam, sampai aku tidur lagi.
Dia selalu nanya aku "Mau dimasakin apa hari ini?" dan selalu masakin sesuai keinginanku. Paling ngertiin keluarga banget lah.

Satu hal lagi yang aku kangenin dari mama, tiap kali aku turun dari motor, entah untuk sekolah atau les, aku selalu cium tangan dia. Kangeeeeeeeen... Entah kenapa sekarang kerasa banget nggak enaknya nggak ada mama, entah kenapa momen cium tangan itu sekarang menjadi sesuatu yang spesial di ingatan, padahal dulu sesuatu itu tidak ada feelnya buatku.

Happy mother's day, Mom. I just want you to know that I will do my best not to let you down.

from your impossible daugter

Senin, 19 Desember 2011

A Share of Akhir Penantian

Contrass Band.

Namanya emang nggak seterkenal Ungu atau D'Masiv sih. Jangan-jangan diantara kalian ada yang baru denger kali ini?

Hahaha... Jangan khawatir, aku juga baru kenal band ini sekitar sebulan yang lalu.

My personal favorite is the song called Akhir Penantian.

Maklum saya bukan seorang blogger profesional, masih bingung gimana mau nge-share playlist nya langsung disini -_-.

Jadi saya kasih link nya saja ya, silahkan didengarkan.

Aku nggak tau pasti ada berapa member dari band ini. Dan aku aja tau soal Contrass Band ini gegara gitarisnya (sekaligus leader) itu Kang Pebi Pratama - Meet him with his stage name Pebz Pratama - Pelatih Pansus waktu kami masih PMA.

Meski statusnya 'pelatih', tapi dia ngaku kalau di kepansusan dia 'gabut' alias gaji buta. Nggak ngelatih apa-apa. Dia bilang "Apa yang mesti saya latih ke kalian? Kalian jauh lebih kreatif dari saya." Ckckck...

Ini salah satu alasan kenapa saya betah di pansus dekorasi. Setiap kali kami ngerjain dekor, Kang Pebz selalu nemenin kami sambil bawa gitar, trus udah kebiasaan kami request lagu macam-macam. Sambil dekor sambil nyanyi, isn't it great?

One day, me and three of my friends were doing backdrop decoration. He came to us, and as usual offered us to request a song.
My friend, Yasmin - as usual also - requested "Kang lagu galau dong!"
We thought it would be Setia (sung by Jikustik) or something.

But he started sung us a totally strange song... He played an acoustic tone.
"Inikah akhir dari sebuah penantian yang ku tempuh untuk mendapatkanmuuuu~ Namun izinkanlah sebelum bayangmu memudar, untuk ku berkata Sayang Padamu~"

Hening. Bulu kuduk agak merinding. The four of us (me and my friends) stared at him, and once gave a glimpse to each other. He really did sing from his heart. I just could feel it.

"Lagu apa itu Kang? Baru denger."

Kang Pebz jawab, "Lagu band saya itu. kan saya yang nyiptain"

Kami yakin itu pasti based on true story deh. Jadi kami paksa dia untuk cerita.
Well, ceritanya panjang sih. Dan agak takut kalo ngebuka-buka pengalaman pribadi orang tanpa izin. Intinya, dia naksir cewek itu dari kelas 4 SD. Mulai deket pas masa-masa akhir SMA. Dan ternyata, jarak memisahkan mereka. Cewek itu kuliah di Perancis, dan Kang Pebz nyangkut di Bandung.

What hurts and doesn't make the story ended happily is til today, they never really become a couple. Mereka hanya hampir menjadi pacar. Momen disaat Kang Pebz mau nembak cewek itu, ternyata si cewek balikan sama mantannya. Momen ketika cewek itu jomblo, cewek itu bilang mending jadi sahabat aja.

Ask him to tell the story by himself. Lebih ngena dan lebih so sweet lah.

Yah, pokoknya lagu Akhir Penantian bener-bener lagu yang mengena dan sedikit membuat saya terbawa suasana galau.

Kamis, 15 Desember 2011

Demo dan ITB

Haduh, baru satu semester aku disini, baru juga tahun pertama ngerasain bangku kuliah, udah langsung disodorin demo. Gak tanggung-tanggung itu demo tepat di depan kampus ITB. Parah nggak tuh, dari Rabu (14/12) pagi sampai sore massa mahasiswa dari berbagai universitas lain demo gitu.

Kalian bingung kan kalau tetiba kampus kalian yang tenang dan damai tetiba disamperin sama ratusan mahasiswa dari kampus-kampus lain? Aku sempet lihat ada yg pake almamater hijau, ada yang kuning, juga ada yang biru muda. Ckckck... kenapa mahasiswa mendemo mahasiswa coba?
*Aku sempet mikir mereka itu salah tujuan, mau ngedemo kantor pemerintah tapi nyasar ke kampusku. Well... tapi yah, nggak mungkin ada mahasiswa sebego itu lah*

Tau kenapa ITB sampai di demo ratusan umat gitu? Awalnya aku juga nggak begitu ngerti, soalnya nggak berani deket-deket gitu. Tapi ada satu temen aku, si Faisal, yg berdiri di sekitar area demo, tapi masih di jarak aman. Ya aku tanyain lah mengapa hal ini bisa terjadi *cielah*.

Ternyata eh ternyata, mahasiswa-mahasiswa itu ngajakin ITB buat gabung aksi 'solidaritas' mereka. Kasus Sondang itu lho. Jadi, mahasiswa dari seluruh Bandung udah sepakat dengan aksi solidaritas itu, kecuali Institut kami ini.
hmm... kalau mau tau garis besarnya bisa baca di sini yah.

Well.. Every civilian has the right to give their opinions, no? So now, lemme give some.

Saya rasa aksi demo di depan kampus saya itu sangat tidak memiliki urgensi. Siang itu, beberapa jurusan lagi UAS, dan di gerbang depan malah ada demo. Konten demo yang dibawakan nggak jelas. Udah gitu, demo tersebut sempat ada aksi teatrikal dan.... salah satu demonstran ngasih 'kado' buat Presiden KM-ITB, Kak Tizar Bijaksana, berupa celana dalam dan pembalut wanita sambil teriak "ITB cupu!"

well... *sigh*

Untuk digarisbawahi Saya menulis ini bukan karena semata-mata saya mahasiswa ITB atau tidak terima kampus saya dibilang cupu.

Buat aku pribadi, aksi Alm. Sondang bukan hal yang harus dilebih-lebihkan begitu. Aku cukup menyayangkan aksi orang itu. Aku pikir aksi itu nggak manusiawi. Terlepas dari kebanyakan umat memandang itu sebagai sikap epic nan berani sampai harus membakar diri begitu. Biar bagaimanapun, aku bilang sih, tetep itu bukan sikap yang sebaiknya ditunjukkan oleh kaum terpelajar.

Terserah mahasiswa kampus lain nganggep aku nggak solider ke mereka. Tapi pemikiran kritis dan diplomatis-lah yg dibutuhkan pada zaman ini. Ketika seseorang melakukan tindakan menyakiti diri sendiri, buat aku itu inisiatif yg nggak memikirkan jangka panjang dan sebenernya aksi yang nggak perlu.

Tujuan menyampaikan aspirasi demo itu kan bukan hanya untuk didengar, tapi sama-sama mencari solusi terbaik. Nah sekarang, tanya pada diri sendiri, apa bertindak ekstrem menyakiti diri sendiri begitu termasuk hal yang cerdas?

Toh sebagai orang yang bertindak heroik begitu, dia dapet apa sih? Sebanding nggak dengan pengorbanan dia? Bayangin betapa hancur hati orang tua harus kehilangan anak karena aksi anak itu sendiri.

Mahasiswa-mahasiswa kemaren siang berteriak: "ITB harus ikut bersatu dalam membela rekan" blah blah blah.. Yang mereka nggak sadar, Almarhum Sondang mau tak mau menorehkan sejarah kelam dan kasus kelabu di negara kita. Tindakan ini, menambah keruwetan negara yang sejak awal sudah kusut.

Atau think simple deh, dampak positif tindakan ini di masyarakat sendiri gimana? Bayangkan seorang anak SD nonton berita tentang aksi Almarhum yang mengorbankan nyawa sendiri. Ketika hal itu muncul di TV, dan ada anak kecil nonton, haruskah anak kecil itu menganggap tindakan tersebut epic terus dijadikan panutan bagi mereka? Hei.. Kaum terpelajar, pikir panjang lah.

Tanpa mengecilkan arti sebuah nyawa, saya nggak bermaksud menjelek-jelekkan atau tidak bersimpati sama Almarhum.

Berikut ada kutipan dari akun Keluarga Mahasiswa ITB (KM-ITB) @km_itb *FYI, KM-ITB itu BEMnya ITB*
"KM ITB akan menunjukkan sikap terhadap isu lewat gerakan pengabdian masyarakat riil, penyampaian aspirasi DPR, dan demo tertib dengan konten-konten jelas.

Apakah KM ITB mau diingat karena pemberian celana dalam atau karena kontribusi pada masyarakat dan bangsa? Cuma kita yang bisa buktikan."

mengutip lagi dari ex-presiden KM ITB 2009-2010 Kak Ridwansyah Yusuf Ahmad:
"KM ITB tidak mengikuti aksi tersebut bukan karena ITB banci atau apatis. Kita punya sikap, kita berduka untuk kepergian sahabat kita Sondang Hutagalung, tapi kita tidak akan mengisi kepergian beliau dengan aksi aksi dan aksi saja di jalan raya, itu tidak akan mengubah keadaan.

KM ITB juga tidak akan 'aji mumpung' beken dengan ikut secara latah aksi kepergian sahabat Sondang Hutagalung. Kami menghormati beliau, karena itu kami tidak akan 'menunggangi' keperian beliau. Percayalah kami sedang dan selalu berusaha membuat perubahan di negeri ini. Agar Indonesia menjadi negara yang layak dihuni oleh rakyat nya"


Jadi renungkan dan pikirkan, salahkah kami jika kami nggak ikut aksi itu? Cupukah kami?
:)

Kamis, 08 Desember 2011

3 Months Process in LSS (so far)

Hello again in my dusty blog :)

Maaf banget saya ucapkan kepada pembaca-pembaca blog ini karena saya agak disibukkan oleh kuliah kemaren. Sekarang UTS udah beres dan UAS is on going. Jadi yah, tinggal belajar memperdalam materi untuk UAS lah.

So in this post, I'd like to introduce you to my campus extracuricular. Kalau di SMA biasanya disebut Ekskul, kalau di universitas disebut Unit kegiatan mahasiswa.

Well, since I'm giving myself up on SEF-ITB, I'm officially retreat myself from debating. Aku udah pensiun dari debat. Itu pengumuman yang pertama. Jadi bingung kan, aku ikut unit apa kalau gitu?

Hahaha... Ketidaksengajaan membuatku terjebak di Lingkung Seni Sunda atau disingkat jadi LSS. Awalnya, aku sangat nggak tau Sunda itu apa, bahasa sunda itu gimana, keseniannya apa aja. Ya bayangin ajalah, nggak ada darah sunda sama sekali kan aku? Bisanya nyasar ke unit kesenian sunda.

By the way, asal-usul aku nyangkut di LSS juga agak lucu dan aneh. Aku bisa terjebak di LSS karena di daftarin temen aku yg namanya Angfau. Dia bilang "Udah, aku tau banget di sini nggak ada unit Kalimantan. Daripada nggak punya unit samasekali, mending gabung LSS. Aku udah daftarin kamu lho.. aku baik kan?"

What? I know nothing about Sunda and I suddenly fall into the trap.

Pertama main ke sekre(tariat) LSS, bingung dan cuma jadi kambing congek. Mereka pas ngobrol, sering banget ketawa, padahal aku nggak ngerti lucu dimananya. Beneran deh, cuma ngerti 'naon', 'hatur nuhun' sama 'punten' pas waktu itu. Aku ngerasa, udahan ah, abis ini nggak mau lagi main ke sekre LSS. Puyeng banget ngedenger mereka ngomong pake bahasa planet.

Tapi ternyata, Akang sama Tetehnya baik banget lah. Begitu tau aku bukan orang sunda (mereka mengira aku adalah anak Jawa yang dengan iklas masuk LSS karena ingin belajar budaya Sunda) mereka langsung ngajak ngobrol pake bahasa Indonesia.

Beberapa hari kemudian, ada pengenalan kesenian yg diajarkan di LSS. Ada degung, rampak kendang, kacapi suling kawih, umbul-umbul (khusus cowok) sama tari mamayang (khusus cewek). Pertama aku masuk mamayang, soalnya udah ditantangin sama seseorang. Dia bilang aku harus bisa nari dengan anggun!

Tapi akhirnya aku mutusin untuk nggak main kesenian dulu di tahun pertama ini, karena jadwal latihannya suka berbenturan sama jadwal kuliah. Jadilah aku pansus dekor di semester pertama ini.

Kenapa ada pansus dekor segala? Karena dalam proses sebelum kami dilantik jadi anggota resmi LSS, kami harus mengadakan presentasi kepada massa LSS. Bukan presentasi seperti PowerPoint lho ya. Presentasi maksudnya, PMA main kesenian yg tadi aku sebutin. Jadi emang nampil di stage gitu. Istilahnya tuh kayak nampilin sederet kesenian tadi.

Anggap aja ini sebagai proses calon anggota LSS. Oiya, kami para calon-calon ini disebut dengan PMA. Singkatan dari Program Mimitraan Anyar. Nah, kami para PMA ini sudah latihan selama 2 bulan, dan harus nampil di Presentasi. Haduh, susah ih ngejelasinnya gimana. Takut kalian ga ngerti sama bahasaku yg amburadul ini euy..

Jangan dikira gampang ya presentasinya. Sebelum sampai pada tahap presentasi, harus melalui tahap Latihan gabungan (latgab) 1, 2, 3 (seminggu sekali di hari Minggu) trus ada juga gladi bersih pas H-1 Presentasi (seminggu setelah latgab 3).
Latgab ini susunan acaranya kayak presentasi tapi yah, latgab ini gunanya buat nunjukin progress kita selama latihan. Istilahnya yah latgab itu gladi kotor lah.

Kerjaannya pansus dekorasi apaan sih? Nah, kan latgab dan presentasi itu diatas panggung. Kami harus mempercantik stage dan sekitarnya dengan dekoran dong. Tema tiap latgab berbeda-beda, tema Presentasi beda juga. Jadi artistik dekor tiap minggu harus bisa nyiptain suasana baru ke stage.

Seru banget, rame banget. Di kepansussan dekor sendiri ya, aku ngerasa klop dan seneng banget lah bisa kerja sama sama mereka. Sibuknya gimana, riweuhnya gimana, diomelin kakak tingkatnya gimana, sedihnya gimana kalau dekoran ga sesuai harapan. Sesuatu banget lah..
Barudak dekor, you're the best! >.<

Makanya aku langsung sering ke LSS. Padahal dulu aja aku ngerasanya kayak kejebak, salah masuk unit dan sebagainya. Tapi pas dijalanin, aku akhirnya menyimpulkan kalau LSS ini adalah 'Kejebak yang paling Alhamdulillah'. Memang Tuhan selalu punya rencana :')

Latgab-latgab, gladi dan presentasi sudah terlewati. bisa di bilang presentasi kemaren dianggap sukses. Aku puas lah sama dekoran dan sama kesenian-kesenian yg ditampilin. Keren-keren banget! Untuk ukuran pemula, pementasan ini udah hebat lah!

Gak terasa udah hampir 3 bulan ngejalanin proses PMA di LSS. Seneng-seneng aja sih ngejalaninnya, soalnya mostly seru (tapi memang ada bagian diomelin senior dan itu serem banget). Tapi rasa kekeluargaan di LSS ini bikin betah euy. Nggak ada jarak yang dominan antara kami sama senior.

Akang Tetehnya baik-baik banget. Selalu ngebantu kalau kami terlalu kesulitan mengurusi latgab dan presentasi. Temen-temen di sini juga banyak banget. Jadinya punya banyak kenalan dari berbagai fakultas. Dari sini juga banyak sharing cerita sama Akang Teteh dan sering dikasih motivasi mahabijaksana.

If my first family is my biological family, and my second family would be 'bilingual 9J smansa' then my third family is 'SEF Smansa' and forth family is definitely 'Sparkle'. I really hope this 'LSS' could be my fifth family.

Abdi reueus pisan tiasa diajar budaya Sunda, reueus pisan tiasa kenal rarencangan sadaya! :D
= Saya bangga banget bisa belajar budaya Sunda, bangga banget bisa kenal senior maupun PMA semuanya!
 
Copyright © 2010 Welcome To My Mind. All rights reserved.
Blogger Template by