Rabu, 19 Oktober 2011

(One of) the Dinner with My Friends

Hai, aku baru saja pulang dari makan malem bareng beberapa temen kuliah aku. Yah, ga banyak sih, cuma berlima aja. Aku, Arinda, Amel, Hudan, sama Teo. *For who they are exactly, I think I'll explain later. I'll make a post to talk about them and some others*

At first, we talked about lots of thing, and nothing special nor important. And somehow, it changed when Mas Teo said something about his elder sister broke up and 'galau'. Ya langsung aja, kami sepanjangan makan malem itu ngobrolin hal cinta-cinta ataupun itulah.

Meet my friend, Hudan, that 'preman'-faced yet a very wise-advisor. Dia tuh ga ada tampang bijak sama sekali. Tapi tadi dia ngebuktiin, kalo dia itu orang yang berpengetahuan luas dan emang bisa ngasih nasehat yang baik tentang percintaan.
Dan dia bukan tipe orang yang jaim. Dia blak-blakan ngomong soal sifat cowok sesungguhnya dan apa adanya cowok kalo ngelihat perempuan, maupun kalo memandang suatu hubungan.

I'd like to share to you guys, but it was just too much to be written. And hell, he knows how to make his words as beautiful as Mario Teguh's quotes. Fool me, I didn't write or make a note of his words!

Inti pertama dari saran Hudan: Cowok itu mesti berani ngambil resiko. Ada saatnya cowok menjaga diri dari cewek dan lebih fokus sama kegiatan. Tapi cowok juga pasti ga pengen sendirian. Analoginya tuh, kalo seorang cewek jadi single parent, dia akan survive. Tapi kalo cowok jadi single parent, pasti dia akan nikah lagi. Itu kebutuhan!

Inti kedua: Bisa saja dua orang yang belum pernah bertemu sebelumnya, ketika mereka bertemu, ada perasaan seolah-olah jantung itu dag-dig-dug-ser, atau darah mengalir lebih cepat. Jangan dilawan, secara naluri itu pertanda bahwa dia adalah orang yang tepat. Dag-dig-dug-ser tadi disebut chemistry atau perasaan 'klik'. Bisa jadi memang hanya orang yang tepat untuk saat itu, tapi bisa juga orang yg tepat selamanya :)

Sebenernya ada banyak lagi inti, cuma pas ngobrol tuh tadi totally randomized-topics. Jadi ga inget juga apa-apa aja inti permasalahannya. Lagian Hudan tuh ngomong sesuatu berdasarkan curhatan kami gitu. Misal, si Arin curhat sesuatu, trus si Hudan ngejawab "Ah, kalo aku bilang mah dia emang naksir kamu. Cuma kamunya kurang ngasih respon. Coba kamu lebih kasih sinyal. Pasti dia yakin buat lanjut ngedeketin kamu."
Gitu sih.

Atau ketika Amel curhat: "Gimana sih kita tau kalo cowok itu merhatiin kita?"
dan Hudan jawab dengan santainya, "Cowok itu, kalo naksir cewek keliatan banget. Ga kayak cewek, pinter nyimpan ekspresi. Ada dua cara. Coba aja kalo kamu lagi di sekitar orang yg kamu curigai naksir kamu, kamu pura-pura melayangkan pandangan ke sekitarnya. Nah, pas kamu liat dia dan dia liat kamu, kamu perhatiin terus aja. Kalo dia langsung mengalihkan pandangan, berarti dia salting. Cara kedua, kamu pergokin dia pas lagi ngeliatin kamu. Kalo misalnya dia ngeliatin kamu sambil sibuk melakukan hal lain, itu sih cuma kebetulan aja ngelirik ke kamu. Tapi kalo cowok itu emang niat ngeliatin kamu, dia pasti ga ngelakuin apa-apa kecuali mandang kamu."

Akhirnya, setelah segala perbincangan tentang curhat-curhat tadi tercipta satu teori yang aku buat sendiri, berdasarkan curhatan temen-temen. Nyadar atau nggak, suka atau nggak, maybe my theory is 'so you' but maybe it 'so different from you', tapi ini deh analisisku.
"Tiap kita memaparkan kriteria cowok yang pengen kamu jadiin pacar, kriteria itu adalah kriteria-kriteria yang berbeda drastis dari kepribadianmu sendiri. Secara natural, kita ingin memiliki pasangan yang tidak memiliki sifat seperti kita."
Itu teoriku.

Oke contoh, ambil kriteria cowok yang aku pengenin:
Cowok yang berwibawa. Bukan Jaim, tapi tau bagaimana bersikap yang tepat di waktu dan tempat dimana dia berada. Berwibawa itu biasanya pandai bersikap dan biasanya orangnya tenang. Kalau sudah berwibawa, pasti kharismanya keliatan. Biasanya juga orang berwibawa itu pasti bisa menempatkan diri sebagai orang yang bijak jika dibutuhkan.

Jadi intinya, secara ga sadar aku itu bilang kalo aku butuh cowok yang kalem. Karena apa? Karena aku orangnya cenderung berisik dan cerewet. Dia harus tau bagaimana bersikap tepat di situasi yang ada. Disaat aku berisik, dia bisa membuat aku kalem. Disaat aku panik, dia bisa menenangkan. Itu orang yang berwibawa. Karena emosi aku masih suka labil. Bukan berarti pendiam karena ketika aku lagi badmood, dia bisa dengan wibawanya bikin aku ngontrol emosi dan good mood lagi.

Istilahnya gitu deh. Coba deh kalian, spesifikasiin kriteria cowok idaman kalian. Tapi secara spesifik, jangan yang secara umum seperti "Baik" atau "Perhatian". Kasih deskripsi yang jelas, dan kalian akan sadar, kalo deskripsi cowok kalian itu pasti tipe orang yang berbeda dari karakteristik kita. Kalo kamu orang yang pendiam, biasanya butuh cowok yang easy going sebagainya. Sehingga nanti bisa saling menutupi dan perbedaan itulah yang membuat hubungan sempurna. *cielaaah... gayamu kayak pernah pacaran aja!*

My suggestion: If you wish to have a good-listener and problem-solver at the same time, Hudan is your guy!


FYI, We started having dinner at 7 and we finished our conversation exactly at 10 past 10. Imagine how the restaurant waiters think about us. We was there from the dinner time till the restaurant itself was about to close -_-
Godly heaven, tomorrow I'll have a chemistry quiz and I came home late at night! >.<
Soon guys, I'll catch you later (I'll catch this chemistry stuffs first)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 Welcome To My Mind. All rights reserved.
Blogger Template by