Kamis, 01 September 2011

Sampah Tentang Malam ketika Malam

Sekali lagi malam, kita bertemu lagi. Bosan kau bertemu aku? Bertemu wajah yang sama seperti kemaren. Begitupula dengan siang. Nasib kalian berdua sungguh sama dan tragis. Lebih-lebih lagi, tak bosankah kalian dengan berganti giliran menjaga semesta? Sampai kapan kalian tahan?

Aku hendak menyuruhmu mengambil rehat, melepas penat. Sebentar saja lupakan regulasi itu. Aku membayangkan ketika malam menikmati liburnya, bagaimana dengan dunia yang ditinggalkan. Kacau, sudah pasti.

Mereka bilang, segala sesuatu bergantung padamu, Malam. Senangkah kau dianggap penting bagi semesta? Bagaimana tidak. Malam itu perlahan berubah sunyi, semakin gelap, dan lelap. Semua manusia memetik untung dari datangnya malam.

Mereka yang senang hatinya, sepasang adam-hawa menikmati santap malam hari ditemani cahaya redup lilin dan musik lembut. Mereka yang tenang karena akhirnya dapat menggenggam jemari orang tersayang selagi tidur. Mereka yang lelah oleh riuhnya siang hari, akhirnya dapat menikmati sejenak imajinasi dalam kepala dan dunia mimpi.

Mereka yang tengah malam merasa gundah dan resah. Tak tau kepada siapa harus berkata, hanya dapat merana seorang diri di sudut kamar. Apa istilahnya jaman sekarang? Galau? Ya, itulah yang aku maksud. Mereka menantimu dengan harap, wahai malam. Menunggu detik berlalu dan langit perlahan menutup tirai sehingga cahaya matahari tak masuk menembus bumi. Mereka yang rindu pada bulan bintang yang sinarnya tak seterang surya. Mungkin warna gelap itu sesuai dengan suasana hati mereka saat itu. Gelap. Kelam.

Kau teman setia mereka, malam. Tanpa kau sadar, mereka muncul dan menampakkan perasaan hanya ketika kau datang. Pikiran mereka berkecamuk ketika malam, semakin waktu berdetak, semakin mengalir perasaan mereka dan air matapun luruh. Tak sampai hati aku melihatnya. Betapa kau tegar melihat peristiwa itu setiap hari. Kirimkan salamku pada mereka. Beri tahu mereka, kalau yang mereka masalahkan itu cinta, ingat selalu cinta itu mengajarkan banyak hal: disayangi, menyayangi, mengingat, menyatu, berbeda idealisme, berakhir, melupakan, dilupakan, dan belajar.. Mereka hanya merasa sulit untuk belajar. Namun, sulit itu bukan berarti mustahil. Beritahu mereka begitu.

Dan bagiku sendiri, malam memiliki makna berbeda, terlebih lagi saat ini. Momen dimana mata belum ingin terpejam. Jemari sudah lelah menekan tombol remot dan TV kehilangan daya tariknya. Masa dimana mulut terlalu malas mengunyah dan perut lelah mencerna.

Lalu apa yang aku lakukan? Aku memutuskan menulis. Menulis itu tidak perlu di waktu tertentu,dan tidak perlu membahas sesuatu tertentu. Cukup tuangkan ide yang terlintas. Begitu bukan? Aku melakukannya. Saat ini..

Hingga akhirnya sisi lain diriku mengatakan, "cukup menulis kali ini. Kau sudah cukup menghabiskan detik bersama malam. Kau lelapkan dirimu sekarang, dan biarlah waktu berlalu tanpa kau mesti sadari.. Bukankah malam sudah bosan menghabiskan waktu denganmu?"

Oh, sekali lagi tidak. Ini bukanlah sajak amatiran. Ini juga bukan ajang pembuktian bagiku. Apa pula yang ingin aku buktikan? Aku tidak pandai berbahasa. Ini hanya coretan omong-kosong yang tercipta dari rangkaian-rangkaian suku kata pendek. Ya, ketika kau menebak, "Ini hanyalah sampah" dan itu benar. Sampah yang aku perlihatkan pada kalian dengan sedikit sulapan harmonisasi sehingga tampak lebih baik dari aslinya. Tak ada yang perlu kau tangkap. Tak ada makna berarti.. Hanya cerita dan untaian kata yang terajut dalam benang-benang otakku.

Ditulis oleh, penyampah ulung, namun perangkai kata yang buruk.
Satu hal, ternyata aku bisa menulis :)
 
Copyright © 2010 Welcome To My Mind. All rights reserved.
Blogger Template by